Cikal
Cikal adalah nama putri kedua Iwan Fals (Anissa Cikal Rambu Basae). Nama ini menjadi judul lagu yang terdapat dalam album
Cikal (1991).
Lagu ini memuat lirik yang sangat sulit dimengerti. Tidak banyak yang
bisa diceritakan dari lirik dalam lagu ini yang tidak satupun menyebut
kata Cikal. Pemahaman tentang lirik lagu ini tentu berbeda.Pesan moral
yang terdapat dalam lirik lagu ini begitu indah untuk diresapi bagi kita
manusia yang mau berpikir pada kenyataan bahwa kita lahir dengan
kesucian. Pengaruh lingkungan akan membawa kita kepada jalan apa saja
yang dipilih. Mendidik seorang anak sangat penting, agar kelak dia dapat
membuat kita bangga.Sepenggal penjelasan itu bisa menggambarkan
kejeniusan Iwan Fals dalam menulis lirik lagu.
Munir
Tokoh
pejuang HAM Indonesia Munir Said Thalib yang tewas dibunuh pada 2004
dengan konspirasi tingkat tinggi menggugah Iwan Fals untuk membuat lagu.
Lagu Pulanglah yang terdapat dalam album 50:50 (2007) dipersembahkan
untuk perjuangan Munir.Hingga saat ini pembunuh Munir dan dalangnya
tidak jelas kita ketahui, dan sampai tulisan ini diterbitkan, proses
pengadilan masih berjalan. Beberapa pejabat yang berwenang seperti lepas
tangan dan saling bungkam juga saling melindungi. Beberapa orang yang
telah ditangkap dan diadili terkesan hanya sebagai tumbal. Entah apa
motif dibalik pembunuhan ini yang melibatkan kepentingan tertentu.Tapi
jangan lupa, sepandai-pandainya menyembunyikan bangkai, suatu saat
baunya pasti tercium.
Hitler
Nama ini diucapkan dalam lagu
Generasi Frustasi
yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Dalam liriknya nama
tokoh ini hanya sebagai pelengkap. Iwan Fals sedang berkhayal andai bisa
menjadi orang besar seperti Adolf Hitler yang tenar.Lagu Frustasi
sendiri bercerita tentang kegelisahan seorang anak yang keluarganya
berantakan.
Poppy dan Nancy
Nama rekaan ini ada di lagu
Imitasi dari album Canda Dalam Nada (1979). Oleh Iwan Fals nama Poppy dan Nancy disini dikisahkan sebagai wanita bookingan.
Gareng
Masih dalam lagu
Dongeng Sebelum Tidur
dari album Canda Dalam Ronda (1979), disini Iwan Fals bercerita bahwa
anaknya yang bernama Kecoak Idi Amin itu jalannya seperti Gareng.Gareng
adalah salah satu tokoh pewayangan punakawan yang berkaki pincang. Hal
ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu
hati-hati dalam melangkahkan kaki. Selain itu, cacat fisik Gareng yang
lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng
memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan
bahwa tumit kanannya terkena semacam penyakit bubul.
Totok/Titik, Sunarto/Sunarti, Ahmad/Asye dan Ismet/ Isye
Nama nama rekaan ini ada di lagu Imitasi dari
album Canda Dalam Nada (1979).
Menurut Iwan Fals, nama Totok, Sunarto, Ahmad dan Ismet adalah nama
yang digunakan bila pagi hari, sedangkan Titik, Sunarti, Asye dan Isye
adalah nama untuk malam hari. Dengan kata lain nama tokoh tokoh ini
adalah seorang waria.
Yani
Dalam lagu
Untuk Yani
di album Cikal (1991), nama ini hanya terdapat dalam judulnya saja.
Tidak banyak yang mengenal tokoh ini. Sebuah informasi mengatakan bahwa
Yani bernama Arahmaiani, seorang aktifis peduli lingkungan hidup. Dia
juga seorang senirupa instalasi art ITB.
Gandhi
Dalam
lagu Rubah dari album 50:50 (2007), Iwan Fals mengkritisi situasi saat
ini dimana perubahan kehidupan sosial semakin jelas dirasa. Nama
Mahatma Gandhi seorang tokoh dari India disebut disini. Mohandas
Karamchand Gandhi (2 Oktober 1869—30 Januari 1948) adalah seorang
pemimpin spiritual dan politikus dari India.Pada masa kehidupan Gandhi,
banyak negara yang merupakan koloni Britania Raya. Penduduk di
koloni-koloni tersebut mendambakan kemerdekaan agar dapat memerintah
negaranya sendiri.Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang
terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak
menggunakan kekerasan, yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi
demonstrasi damai.Iwan Fals mengungkapkan bahwa banyak orang mencari
figur seperti Gandhi, namun yang didapat adalah komedi. Yang dimaksud
komedi adalah tokoh-tokoh yang suka memutar balikkan fakta dan bicara
tidak sesuai dengan kenyataan alias tukang tipu, sehingga kita sering
tertawa sendiri menyaksikan kekonyolan itu.
Anton, Jamilah dan Jaitun
Nama nama fiktif ini ada dalam lagu
Alasan
dari album Perjalanan (1980). Sebenarnya dalam album ini lagu Alasan
tidak dinyanyikan Iwan Fals melainkan oleh Totok Gunarto salah satu
rekan yang tergabung dengan kelompok Amburadul (kelompok musik dimana
Iwan Fals mengawali karirnya). Namun akhir-akhir ini Iwan Fals sering
menyanyikan lagu ini dalam konser-konsernya.Lagu ini berkisah tentang
perselingkuhan yang dilakukan dengan berbagai alasan. Nama Anton ada
dari kepanjangan kata ARISAN (Aku rindu sama Anton). Sedangkan Jamilah
dan Jaitun ada dari kepanjangan kata RAPAT KERJA (Rapat empat mata
kerumah Jamilah, Jaitun janda muda).
Joni
Nama rekaan yang ada di lagu
Joni Kesiangan
dari album Canda Dalam Nada (1979) ini dikisahkan oleh Iwan Fals
sebagai lelaki hidung belang. Joni lebih menyukai kebun tetangga sebab
dia sudah bosan dengan istrinya.
Udin
Fuad
Muhammad Syafruddin yang akrab dipanggil Udin adalah wartawan Harian
Bernas, Yogyakarta, yang dianiaya oleh orang tidak dikenal, dan kemudian
meninggal dunia. Sebelum kejadian ini, Udin kerap menulis artikel
kritis tentang kebijakan pemerintah Orde Baru dan militer. Udin lahir di
Bantul pada 18 Februari 1964. Ia menjadi wartawan di Harian Bernas
sejak 1986.Selasa malam, pukul 23.30 WIB, 13 Agustus 1996, ia dianiaya
pria tak dikenal di depan rumah kontrakannya, di dusun Gelangan Samalo,
Jalan Parangtritis Km 13 Yogyakarta. Udin yang sejak malam penganiayaan
itu, terus berada dalam keadaannya koma dan dirawat di RS Bethesda,
Yogyakarta. Esok paginya, Udin menjalani operasi otak di rumah sakit
tersebut. Namun, dikarenakan parahnya sakit yang diderita akibat pukulan
batang besi di bagian kepala itu, akhirnya Udin meninggal dunia pada
Jumat, 16 Agustus 1996, pukul 16.50 WIB.
Lagu Buat Penyaksi
(Lagu Untuk Udin) berada pada album Kantata Samsara (1998). Perlu untuk
diketahui bahwa kasus ini sampai sekarang tidak jelas dimana letak
keadilannya. Sebuah kebenaran harus tetap disuarakan walaupun itu pahit.
Mpok Tati
Nama
rekaan yang ada di lagu Joni Kesiangan dari album Canda Dalam Nada
(1979) ini dikisahkan oleh Iwan Fals sebagai lelaki hidung belang. Joni
lebih menyukai kebun tetangga sebab dia sudah bosan dengan istrinya.
Mince,Sonya,Betty, Mona dan Susy
Nama
nama rekaan ini ada pada lagu Imitasi atau ada juga yang menulis
dengan judul Wanita Tiruan yang ada di album Perjalanan (1980). Nama
nama imajinasi tersebut dikisahkan Iwan Fals sebagai waria yang mangkal
ditepi jalan. Dan mereka lari tunggang langgang ketika petugas patroli
ketentraman dan ketertiban kota (trantib) datang.
Udin, Inah dan Ujang
Nama
nama ini terdapat dalam lagu Mak dari album Perjalanan (1980).
Dikisahkan oleh Iwan Fals ketiga nama rekaan tersebut adalah anak-anak
seorang tukang batu yang menanti ayahnya pulang. Bersama ibunya mereka
menanti datangnya sang ayah dan berharap membawa uang untuk kebutuhan
mereka.
Carter
Nama
ini juga terdapat dalam lagu Frustasi yang terdapat dalam album Canda
Dalam Nada (1979). Yang dimaksud adalah Jimmy Carter mantan presiden
Amerika ke-39 (1977-1981). Dalam liriknya Iwan Fals sedang berkhayal
menjadi orang tenar seperti Carter juragan kacang.Jimmy Carter memang
sempat mengurusi perusahaan kacang milik keluarganya.
Mang Mamat
Masih
dari lagu Mak dalam album Perjalanan (1980). Mang Mamat dikisahkan
oleh Iwan Fals adalah mandor tempat kerja ayah ketiga anak yang
disebutkan diatas. Disaat keluarga itu menanti datangnya sang ayah, Mang
Mamat datang membawa kabar kalau sang bapak mengalami kecelakaan kerja.
Si istri bingung bagaimana membayar biaya pengobatan suaminya sedangkan
untuk makan ketiga anaknya saja dia kesusahan. Lalu si ibu merelakan
tubuhnya untuk diberikan kepada si mandor tanpa sepengetahuan
keluarganya, agar segala kebutuhan keluarganya bisa terpenuhi.
Hatta
Nama
ini menjadi judul lagu Iwan Fals dengan judul Hatta yang ada dalam
album Sarjana Muda (1981). Mohammad Hatta adalah proklamator Republik
Indonesia yang juga sebagai wakil presiden RI pertama. Dalam lagu ini
Iwan Fals mengenang meninggalnya Bung Hatta yang banyak meninggalkan
kesan mendalam bagi rakyat Indonesia.Namanya begitu harum dan dikenang
karena kesederhanaan dan kedekatannya dengan rakyat. Hingga Iwan Fals
menggambarkan adanya hujan air mata dari pelosok negeri saat melepas
beliau pergi untuk selamanya.
Umar Bakri
Nama
rekaan ini tentu tidak asing ditelinga kita. Terdapat dalam lagu yang
berjudul Guru Umar Bakri dari album Sarjana Muda (1981). Nama yang
hingga sekarang masih populer ini dikisahkan oleh Iwan Fals sebagai
seorang guru sekolah yang lugu dan sederhana dengan masih menggunakan
sepeda kumbang sebagai alat transportasi. Seorang pegawai negeri yang
mengajar disekolah dimana murid-muridnya hobi tawuran.Namun pengabdian
Umar Bakri di dunia pendidikan selama empat puluh tahun dengan segala
jasa yang diberikan dan rintangan yang diterima tidak dihargai oleh
pemerintah. Dikabarkan oleh Iwan Fals bahwa gaji yang sudah pasti kecil
bagi seorang guru pegawai negeri seperti Umar Bakri masih saja dipotong
oleh negara.Terlepas dari kisah ini, nama pak guru Umar juga disebutkan
dalam lagu Cantik Munafik dari album Lancar (1987). Lagu yang berkisah
tentang perempuan usia sekolah yang melacurkan diri.
Kecoak Idi Amin
Nama
rekaan ini terdapat dalam lagu Dongeng Sebelum Tidur yang terdapat
dalam album Canda Dalam Nada (1979). Nama Idi Amin sendiri adalah nama
seorang pemimpin diktator militer di Uganda.Dalam lagu ini Iwan Fals
berkelakar bahwa nama tersebut adalah nama anaknya yang paling tua.
Namun si anak yang selanjutnya disebut dengan panggilan si Amin
diceritakan adalah orang yang selalu berpenampilan mewah, dan kemewahan
itu adalah hasil curian. Sayangnya si Amin kebal kerangkeng.
Habibie
Masih
dalam lagu Umar Bakri dari album Sarjana Muda (1981). BJ Habibie saat
itu menjadi Menteri Riset dan Teknologi Indonesia. Habibie dikenal
sebagai tokoh yang jenius dan memberi pengaruh besar bagi rakyat
Indonesia terutama dalam bidang teknologi. Dan pada akhirnya dia menjadi
Presiden ke 3 RI setelah rezim Soeharto tumbang.Dalam lagu ini, Iwan
Fals mengisahkan bahwa seorang guru seperti Umar Bakri bisa otak orang
seperti otak Habibie, alias pandai. Namun jasa-jasa Umar Bakri tidak
dihargai oleh negara.
Galang Rambu Anarki
Nama
Galang Rambu Anarki (alm) adalah nama putra pertama Iwan Fals yang
dijadikan judul lagu dalam album Opini (1982). Lagu ini berkisah harapan
seorang Iwan Fals pada kelahiran anak pertamanya (1 Januari 1982)
ditengah kerasnya kondisi hidup saat itu saat BBM naik dan menjelang
Pemilu. Galang meninggal dunia 25 April 1997 di rumah Iwan Fals saat
masih di Bintaro dan dimakamkan di Leuwinanggung (sekarang adalah
kediaman tetap Iwan Fals).Kematian Galang membuat Iwan Fals berubah
total. Iwan yang dulunya kita kenal sebagai musisi garang dan terkesan
liar baik penampilan maupun lirik-liriknya, kini nampak lebih lembut,
dewasa dan bersahaja. Peristiwa ini benar-benar merubah kehidupan
seorang Iwan Fals dan secara tidak langsung juga mempengaruhi
penggemarnya.
Darto
Nama
ini terdapat dalam lagu Imitasi dari album Canda Dalam Nada (1979).
Nama ini sepertinya yang dimaksud Iwan Fals adalah Darto Helm(alm.
Meninggal 14 Agustus 2004). Darto Helm adalah seorang pelawak yang
populer di tahun 80-an. Dalam lagu ini diceritakan saat IwanFals
tercengang melihat waria yang penampilannya persis perempuan tulen dan
membuat jidat Iwan Fals mengkerut seperti jidat Darto. DartoHelm dikenal
dengan kepalanya yang botak dan jidatnya yang lebar seperti helm.
Tarmijah
Dalam
lagu Tarmijah dan Problemnya dari album Opini (1982), Iwan Fals
mengisahkan suka duka seorang pembantu rumah tangga yang diberi nama
Tarmijah. Tarmijah kerap diperas tenaganya dan tidak dihargai sebagai
manusia. Hingga diakhir lagu Iwan Fals menggambarkan kekerasan fisik
yang dilakukan majikan kepada Tarmijah.Dan sampai saat ini masih banyak
Tarmijah-Tarmijah disekitar kita, hanya saja kita tidak tahu atau tidak
mau tahu.
Sugali
Nama
tokoh fiksi ini terdapat dalam album dengan judul yang sama yaitu
Sugali (1984). Disini Iwan Fals menggambarkan tokoh Sugali sebagai
seorang kriminal pemberani buronan polisi yang tidak takut dengan
letusan senapan dan hidup dilingkungan liar seperti di lokalisasi
pelacuran sebagai tempat pelariannya.Pada masa itu, di era 80-an kita
mengenal istilah Petrus (penembak misterius) yang banyak memburu buronan
dan menembaknya begitu saja tanpa peringatan, walaupun sering terjadi
salah sasaran dan tidak ada penjelasan hingga sekarang. Lagu Sugali
hadir pada masa itu.Nama Sugali berasal dari kata Gali, yang diartikan
sebagai orang yang hidupnya liar dijalanan dan melawan hukum. Kata Gali
sendiri ada yang mengartikan sebagai Gerombolan Anak Liar.
Kho Ping Hoo
Nama
tokoh ini terdapat dalam lagu Teman Kawanku Punya Teman dari album
Wakil Rakyat (1987). Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo adalah pembuat
serial komik silat dari Indonesia yang sangat terkenal pada tahun 80-an.
Hingga sekarang serial komik Kho Ping Hoo masih dicetak, dijual dan
dikoleksi.Dalam lagu ini Iwan Fals bercerita tentang mahasiswa yang
berlagak sok pintar. Namun dalam kesehariannya lebih asik membaca buku
komik Kho Ping Hoo. Dan kenyataannya di akhir kuliah dia lulus dengan
skripsi yang dibeli, bukan dari buah pikirannya sendiri.(Saat inipun
masih banyak sarjana model begini, termasuk pejabatnya banyak yang dapet
gelar dari membeli ijazah saja)
Tuan Polan
Nama
fiktif ini disebutkan dua kali oleh Iwan Fals yaitu pada lagu Jangan
Bicara dari album Barang Antik (1984) dan pada lagu Lancar dari album
Lancar (1987). Nama Tuan Polan sama penggambarannya. Disini Iwan Fals
mengisahkan Tuan Polan sebagai orang kaya raya yang tidak peduli pada
nasib orang miskin dan kerjanya hanya menumpuk harta dengan segala cara.
Urip dan Icih
Dua
nama rekaan ini terdapat dalam lagu Jangan Bicara dari album Barang
Antik (1984). Urip dan Icih dikisahkan oleh Iwan Fals sebagai pegawai
rendahan yang hidupnya tergantung apa kata pimpinan. Si Urip digambarkan
sedang meratap di teras marmer direktur murtad. Sedangkan si Icih sedih
diranjang empuk waktu majikannya menindih.(Kalau si Urip, jaksa korup
yang sekarang ditahan jelas beda dengan Urip diatas kan?. Urip yang
sekarang maling)
Tante Lisa
Nama
fiktif ini dikisahkan dalam lagu berjudul Tante Lisa dari album Barang
Antik (1984). Tante Lisa dikisahkan sebagai seorang janda muda yang
cantik dan menarik. Kerjaannya mengejar laki-laki kaya setelah
diceraikan suaminya akibat terpergok selingkuh dengan tetangganya. Lagu
karya Dama yang dinyanyikan Iwan Fals dengan irama country ini memberi
pesan moral kepada orang seperti tante Lisa agar menyadari bahwa
kehidupan terus berjalan, dan usia pasti bertambah. Kecantikan hanya
sementara dan tidak akan abadi.
Azahari
Masih
dalam lagu Rubah dari album 50:50 (2007), tokoh Doktor Azahari
disebutkan oleh Iwan Fals. Azahari adalah tokoh yang dituduh merancang
beberapa kasus pengeboman di Indonesia. Dan dia dikabarkan tewas dalam
sebuah penggerebekan oleh polisi di tahun 2005.Dalam liriknya Iwan Fals
berkata orang menantikan hadirnya suatu revolusi yang merubah kehidupan
sosial disini menjadi lebih baik, namun yang hadir adalah Azahari. Yang
dimaksud disini adalah teror bom yang meresahkan.
Budi
Nama
ini ada dalam lagu Sore Tugu Pancoran dari album dengan judul yang
sama (1985). Iwan Fals menggambarkan tokoh fiktif yang dipanggil dengan
sebutan Si Budi Kecil ini sebagai penjual koran di persimpangan jalan
Tugu Pancoran – Jakarta. Si Budi kecil menjual koran untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sedangkan dia masih bersekolah. Dan pekerjaan ini
menyita waktunya untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah. Hingga di
akhir lirik Iwan Fals bertanya sanggupkah si Budi diam di dua
sisi.Sampai saat ini masih banyak kita jumpai Budi-Budi kecil di
persimpangan jalan kota-kota diseluruh pelosok negeri ini. Kemana
pemerintah? Sibuk dengan politik dan uang hingga melupakan nasib
generasi penerus bangsa.
Tince Sukarti binti Mahmud
Nama
tokoh ini ada dalam lagu dengan judul yang sama dari album Sore Tugu
Pancoran (1985). Tince Sukarti adalah tokoh khayalan Iwan Fals yang
dikisahkan berwajah cantik sebab campuran dari ayah Arab dan ibu Cina.
Tince adalah kembang desa yang bermimpi menjadi tenar sebagai penyanyi
di kota.Dengan modal bisa bernyanyi dan bujuk rayu seseorang yang
digambarkan Iwan Fals sebagai makelar penyanyi, Tince berangkat mengadu
nasib di kota dengan janji akan diorbitkan walau tanpa restu kedua orang
tuanya. Namun rupanya neng Karti ditipu oleh makelar penyanyi tersebut.
Akhirnya kembang desa dalam imajinasi Iwan Fals itu layu tak lagi wangi
seperti dulu.
Willy
Nama ini menjadi judul lagu Iwan Fals dalam album Ethiopia (1986).
Willy
adalah nama panggilan untuk penyair terkenal Indonesia Willibrordus
Surendra Broto Rendra yang lebih kita kenal dengan WS. Rendra. Dalam
lagu ini Iwan Fals seperti kehilangan figur seorang Rendra. Ia bertanya
dimanakah gerangan dirinya yang dulu, dimana lantang suaranya.Si anjing
liar dari Jogjakarta, begitu julukan yang diberikan untuk WS. Rendra
yang terkenal dengan puisi-puisinya yang keras mengkritisi keadaan
sosial dan politik Indonesia. Pada masa itu, Rendra sedang menyendiri
entah dimana sebab dikabarkan dia mendapat ancaman dari pemerintah untuk
menghentikan membuat karya puisi yang menyindir pemerintah saat itu.
Rendra adalah sahabat Iwan Fals, wajar bila Iwan merasa kehilangan
seorang yang sejalan pemikiran dengannya walau lewat media yang
berbeda.Pada sebuah kesempatan konser tunggal yang ditayangkan live di
TV tahun 2004, Iwan Fals menyanyikan lagu ini. Ditengah lagu, mata Iwan
Fals berkaca-kaca dan seperti meneteskan air mata. Iwan sempat tidak
bersuara untuk beberapa saat meski musik terus mengalun. Tentu ada
kenangan yang mendalam untuk Iwan Fals tentang lagu ini dan figur
penyair Rendra yang dikisahkan.
Durno dan Bimo
Kedua tokoh ini terdapat dalam lagu
Nak
yang ada di album 1910 (1988). Tokoh tokoh ini ada dalam dunia
perwayangan. Durno / Druna adalah guru yang pandai mengembangkan seni
pertempuran. Dalam perwayangan Jawa, Drona berwatak tinggi hati,
sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan,
kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir
dalam berperang.Sedangkan Bimo memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat,
tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama
derajatnya.Dalam lagu ini Iwan Fals seperti mengolok-olok secara kritis
pada generasi muda agar menjadi orang yang berguna.
Gali Gongli
Tokoh fiksi
Gali Gongli
ada dalam lagu dengan judul yang sama dari album Aku Sayang Kamu
(1986). Gali Gongli dikisahkan sebagai lelaki berandalan usia belasan
yang hobinya berjudi dan mabuk-mabukan. Dia hidup di lokalisasi
pelacuran. Ibunya seorang pelacur dan bapaknya entah dimana dan entah
siapa.
Guru Zirah
Ini
adalah nama rekaan Iwan Fals yang dijadikan judul lagu dalam album
Wakil Rakyat (1987). Guru Zirah digambarkan sebagai guru muda yang
cantik dan seorang murid menaruh hati padanya.Dalam lagu yang kocak ini
Iwan Fals masih menyelipkan kalimat-kalimat kritis, seperti dia
menggambarkan andai Zirah menjadi pacarnya maka dia akan mengajak ke
tempat yang murah meriah seperti ke kebun binatang untuk pacaran. Sebab
dia tahu kalau gaji seorang guru hanya cukup untuk beli tahu.
Westerling
Nama
tokoh ini ada di lagu Pesawat Tempur dalam album 1910 (1988). Raymond
Pierre Paul Westerling (Istanbul, Turki, 31 Agustus 1919–Purmerend,
Belanda, 26 November 1987) adalah komandan pasukan Belanda yang terkenal
karena memimpin Pembantaian Westerling (1946-1947) di Sulawesi Selatan
dan percobaan kudeta APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) di Bandung, Jawa
Barat.Dalam lagu ini nama Westerling hanya numpang lewat ketika Iwan
Fals mencibir pasangannya yang hanya tersenyum dan dikatakan kalau hanya
senyum, Westerling juga bisa
Bento
Tokoh
rekaan ini tentu sudah tidak asing ditelinga kita. Nama Bento ada pada
lagu dengan judul yang sama dari album Swami (1989).
Bento
disini dikisahkan sebagai seorang yang tampan, berkuasa dan kaya
raya.Namun Bento ternyata licik, dia memanfaatkan kekuasaannya untuk
menumpuk kekayaan, menipu dan menerima upeti. Dalam kesehariannya Bento
menutupi keburukannya dengan selalu bicara soal moral dan
keadilan.Hingga saat ini kita masih sering menyaksikan Bento-Bento
kesiangan yang berkoar di seluruh media.
Ronggowarsito
Nama
ini terdapat dalam lagu Condet dari album Swami (1989). Raden Ngabehi
Ronggowarsito (lahir: Surakarta, 1802 – wafat: Surakarta, 1873) adalah
pujangga besar budaya Jawa yang hidup di Kasunanan Surakarta. Ia
dianggap sebagai pujangga terakhir tanah Jawa.Dalam lagu ini Iwan Fals
menceritakan ketimpangan dalam hidup dahulu dan sekarang. Dahulu
segalanya indah dan damai, sekarang seperti semuanya kacau dan tidak
tertata. Kemajuan teknologi yang tidak terkendali memberi dampak negatif
untuk kehidupan seperti penipisan lapisan ozon.Nama Ronggowarsito
diibaratkan sebagai kondisi masa lalu. Kemudian dibandingkan dengan
sekarang dimana orang lebih mengagumi jeritan dan gemuruh dari grup band
Rolling Stones.
Paman Doblang
Nama rekaan ini menjadi judul lagu yang ada dalam album Kantata Takwa (1990).
Paman Doblang
dikisahkan sebagai seorang yang tidak mendapatkan keadilan. Dia
menerima fitnah lalu dituduh salah dan dipenjara begitu saja tanpa
pengadilan oleh penguasa. Lalu paman Doblang hanya bisa pasrah dan
berdoa.
Bram
Dalam
lagu Untuk Bram di album Cikal (1991), seperti lagu Untuk Yani, nama
Bram hanya menjadi judul. Iwan Fals dalam sebuah konsernya sebelum
menyanyikan lagu ini menyinggung kalau nama Bram adalah panggilan akrab
Mahesa Ibrahim, musisi yang ikut terlibat dalam album ini.
Yos
Nama
Yos disebutkan dalam lagu Menunggu Ditimbang Malah Muntah dari album
Orang Gila (1994). Yos adalah nama panggilan untuk istri Iwan Fals yang
bernama Rossana. Dalam lagu ini Iwan Fals berkisah tentang kesehariannya
di rumah.Dalam kehidupan nyatanya dia gelisah membaca berita surat
kabar yang penuh dengan kabar tidak menggembirakan tentang situasi
negara ini. Ditengah sendirinya membaca media cetak di kamar mandi
sambil buang hajat, Iwan Fals mendengar kedua anaknya (waktu itu, Galang
baru datang dari sekolah dan Cikal yang asik bermain sendiri). Setelah
itu dia keluar dan melihat kedua anaknya tertidur begitu juga dengan
Yos.
Ramang, Kadir, Rully, Ricky, Ronny, Herry, Nobon, Juki, Cipto, Iswadi, Yudo dan Paslah
Nama-nama diatas adalah legenda sepakbola Indonesia yang dikutip dalam lagu
Mereka Ada Di Jalan
dari album Belum Ada Judul (1992). Iwan Fals berkisah tentang olahraga
sepakbola yang semakin tersisihkan di kota-kota besar. Sarana untuk
bermain bola tergusur oleh pembangunan. Tanah lapang menjadi rebutan
untuk didirikan gedung. Sehingga anak-anak kecil di perkotaan kesulitan
mendapatkan sarana untuk berolahraga. Sebuah lagu yang tajam mengkritisi
tentang ketidakseimbangan pembangunan yang melupakan sarana bermain
hanya demi keuntungan belaka. Kesenjangan hidup di kota besar juga
digambarkan dengan kalimat, "Anak kota tak mampu beli sepatu".Iwan Fals
bercerita tentang anak-anak kecil yang bermain bola di lapangan yang
terbentuk bekas penggusuran. Anak-anak kecil itu begitu bersemangat
bermain bola hingga Iwan Fals mengandaikan mereka seperti tokoh legenda
sepakbola Indonesia masa lalu yang mampu mengharumkan nama bangsa.
Ramang
Ramang
(karir 1952-1962) (meninggal di Makassar, 26 September 1987) adalah
pemain sepak bola Indonesia dari PSM Makassar yang terkenal pada tahun
1950-an. Ia berposisi sebagai penyerang. Dia pernah mengantarkan PSM ke
tangga juara pada era Perserikatan serta pernah memperkuat tim nasional
sepak bola Indonesia. Era emas pertama diukir oleh Ramang Cs dengan
prestasi yang masih dikenang yaitu menahan imbang raksasa Uni Soviet 0-0
di Olimpiade Melbourne 1956.
Kadir
Abdul Kadir (karir 1968-1975) (lahir:
Denpasar, Bali 27 Desember 1949 - meninggal: Jakarta, 4 April 2003)
adalah pemain sepak bola legendaris Indonesia. Dia populer dengan
julukan si Kancil. Dia pernah mengikuti berbagai pertandingan
internasional seperti Merdeka Games tahun 1969, King Cup tahun 1968 dan
Piala Aga Khan di Pakistan.
Rully
Rully Rudolf Nere (karir 1977-1989) (Papua,
13 Mei 1957) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia
dengan posisi gelandang. Ia pernah memperkuat timnas nasional beberapa
kali pada periode tahun 1980-an. Dalam kompetisi liga, ia memperkuat
Persipura Jayapura.
Ricky
Ricky Yacob (karir 1982-1993) (lahir: Medan,
Sumatera Utara, 12 Maret 1963) adalah seorang pemain sepakbola
legendaris Indonesia dengan posisi penyerang. Masa keemasannya terjadi
pada paruh kedua dekade 1980-an. Karir sepakbolanya banyak dihabiskan
bersama klub Arseto Solo.
Ronny
Ronny Pattinasarani (alm) (karir 1970-1982)
(Makassar, Sulawesi Selatan, 9 Februari 1949) adalah salah satu pemain
sepak bola legendaris Indonesia yang berposisi sebagai libero. Dia
mendapat banyak berprestasi dimasa keemasannya yaitu, Pemain Asia All
Star (1982), Olahragawan Terbaik Nasional (1976 dan 1981), Pemain
Terbaik Galatama (1979 dan 1980), Medali Perak SEA Games (1979 dan
1981).
Herry
Herry Kiswanto (karir 1985-1993) (Kuta Alam,
Banda Aceh, 25 April 1955) adalah salah satu pemain sepak bola
legendaris Indonesia. Posisinya di lapangan sebagai libero. Dalam
karirnya ia hanya pernah mendapat sekali kartu kuning yaitu ketika
membela Krama Yudha Tiga Berlian melawan Pelita Jaya di era Galatama.
Nobon
Nobon Kayamudin (karir 1971-1979) adalah
salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Dia berposisi sebagai
gelandang. Dia juga mendapat julukan Biang Kerok.
Juki
Marzuki Nya Mad adalah pemain sepakbola
legendaris Indonesia. Dia pernah bermain bagus pada Asian Games 1986.
Marzuki Nyak Mad cs (Niac Mitra) juga pernah menahan PSV dengan Eric
Gerets dan Ruud Gullit-nya 3-3 di Senayan dalam sebuah pertandingan
persahabatan di era 80-an.
Cipto
Sutjipto Soentoro (alm) adalah pemain sepak
bola legendaris Indonesia pada masa 60-an sampai 70-an. Dia menempati
posisi sebagai penyerang. Dia juga mendapat julukan si Gareng. Bersama
dengan Iswadi Idris, Abdul Kadir, dan Jacob Sihasale, dikenal dengan
sebutan "kuartet tercepat di Asia" berkat kecepatan dan kelincahan
mereka yang luar biasa.
Iswadi
Iswadi Idris (karir 1968-1980) (Banda Aceh,
18 Maret 1948 – meninggal: Jakarta, 11 Juli 2008) adalah salah satu
pemain sepak bola legendaris Indonesia. Pemain yang dijuluki "Boncel"
karena tubuhnya relatif pendek (tinggi 165 cm) ini termasuk pemain
paling berbakat yang dimiliki Indonesia. Ia memperkuat timnas PSSI
sebagai pemain gelandang pada era 1960-an dan 1970-an. Selama menjadi
pemain, Bang Is, demikian ia akrab disapa, sangat menggemari nomor
punggung 13.
Yudo
Yudo Hadianto (karir 1961-1974) (Solo, Jawa
Tengah, 19 September 1941) adalah salah satu kiper sepak bola legendaris
Indonesia era 1960-an dan 1970-an. Pada masanya ia sempat diakui sebagi
kiper terbaik Asia.
Pasla
Ronny Pasla (Medan, 15 April 1947) adalah
mantan kiper Indonesia yang berkiprah sekitar tahun 1960’an – awal 1970.
Pensiun dari dunia sepak bola di usia 40 tahun. Klub terakhir yang
diperkuatnya adalah Indonesia Muda (IM), Jakarta pada 1985. Di Timnas,
Ronny pensiun di usia 38 tahun. Saat Timnas Brazil melakoni tur ke Asia
pada 1972, Brazil saat itu diperkuat pesepakbola legendaris dunia, Pele,
singgah ke Indonesia. Dalam laga tersebut Indonesia kalah 1-2, tapi
tetap menjadi momen terindah bagi Ronny, karena berhasil menahan
eksekusi penalti Pele.
http://iwanfalsmania.blogspot.com/2008/09/tokoh-tokoh-dalam-lagu-iwan-fals-bagian.html
http://archive.kaskus.us/thread/4704085/
Keterangan:
beberapa poto diatas dibuat-buat,.